SEJARAH MAKASSAR KOTA DAENG
Arti makna Lambang Kota Makassar : 1. | Perisai putih sebagai dasar melambangkan kesucian |
2. | Perahu yang kelima layarnya sedang terkembang melambangkan bahwa Kota Makassar sejak dahulu kala adalah salah satu pusat pelayaran di Indonesia |
3. | Buah padi dan kelapa melambangkan kemakmuran |
4. | Benteng yang terbayang di belakang perisai melambangkan kejayaan Kota Makassar |
5. | Warna Merah Putih dan Jingga sepanjang tepi perisai melambangkan kesatuan dan kebesaran Bangsa Indonesia |
6. | Tulisan “Sekali Layar Terkembang, Pantang Biduk Surut Ke Pantai”, menunjukan semangat kepribadian yang pantang mundur. |
Kota Metropolitan Makassar adalah merupakan ibukota dari propinsi Sulawesi Selatan. Sebelumnya bernama Kotamadya Ujung Pandang. Kota Makassar terkenal sebagai kota "Angin Mamiri", yang berarti kota hembisan angin sepoi-sepoi basah.
Kota Makassar juga terkenal dengan "Pantai
Losari" nya yang indah, yang terkenal sebagai meja terpanjang karena
pengunjung dapat menikmati berbagai hidangan lezat sambil menikmati
hembisan angin laut yang menyegarkan dan menyaksikan terbenamnya
matahari serta keindahan panorama laut.
Kota yang bersuhu sekitar 22 - 33 oC
ini, memiliki areal seluas 175,77 km2, Wilayah Kota Makassar terus
berkembang, khususnya kearah Timur, dimana pembangunan infrastruktur
seperti perluasan pelabuhan laut Makassar, Reklamasi pantai Losari,
Bandara Hasanuddin, jalan tol, kawasan industri Makassar dan berbagai
proyek lainnya tengah dilaksanakan.
Kota
Makassar juga memiki obyek-obyek wisata yang cukup menarik seperti
benteng Ujung pandang, pelabuhan perahu Kota Makassar juga memiki
obyek-obyek wisata yang cukup menarik seperti benteng Ujung pandang,
pelabuhan perahu tradisional pinisi, Pantai Losari, Pusat Rekreasi
pantai Akkarena, makam Pangeran Diponegoro, makan Sultan Hasanuddin,
Taman Budaya Sulawesi, rekreasi wisata bahari, pagelaran tarian dan
bisana tradisional, serta masih banyak lagi yang sayang sekali untuk
dilewatkan.
Sebagai kontras antara yang lama dan baru,
perahu kayu berlayar diantara tanker raksasa modern dekat pantai di
sepanjang pesisir Kota Makassar. Perjalanan 20 menit dengan becak dari
pusat kota akan membawa anda ke pelabuhan Paotere. Di luar pelabuhan,
aktivitas kota yang tersibuk di seluruh Makassar, pria dan wanita
membeli dan menjual berbagai macam barang, dan anak kecil berlarian ke
sana ke mari melambaikan tongkat dengan perahu kecil dan mobil di ujung
talinya.
Di dalam pelabuhan, sebuah dok panjang yang
dicadangkan untuk perahu Bugis yang besar (phinisi), pemandangan
menakjubkan di galangan kapal dengan haluan yang berlekuk, mengarah ke
atas dan tiang yang besar membentuk simetri yang sedap dipandang mata.
Namun kapal kayu besar ini berada di sana tidak hanya sekedar untuk
alasan keindahan, pekerja mereka bekerja keras membongkar dan menaikkan
muatan. Pelaut telanjang kaki berjalan di gelondong kayu yang panjang -
yang dulunya sebuah pohon - diantara dek kapal dan dok dengan
keseimbangan yang sangat baik tanpa mengindahkan goyangan dari
gelondong. Kapal-kapal kecil tersebut merupakan bukti nyata dari
karakter masyarakat Bugis dan Makasar yang asli.
Sebuah
keluarga menaikkan minyak dan air untuk kepulauan mereka yang terpencil
berjarak sehari berlayar. Pelaut yang lain menceritakan pelayaran dari
Sulawesi ke Timor dan yang lain menjalankan tugas rutin ke Sumatra.
Dua pria bersarung dibalut kulit yang kelam, dengan bangga
memperlihatkan awak kapalnya yang terdiri 4 anak perempuan dan istri
mereka, masyarakat yang gigih. Walaupun penampilannya keras, namun
kehangatan dan persahabatan tetap terlihat meyakinkan bahwa setiap
kapal akan mengundang anda untuk turut berlayar di pelayaran mereka
selanjutnya.
Kembali ke kota, benteng Rotterdam (Fort
Rotterdam) menandai peninggalan bersejarah kota. Dibangun pada tahun
1545 oleh kerajaan lokal Goa, Benteng Rotterdam yang letaknya di tepi
laut direbut dan dibangun kembali pada tahun 1667 oleh Belanda. Dinding
luar yang tebalnya 2 meter dan tinggi 7 meter membentuk kotak yang
besar seperti seekor penyu. Di setiap sudut dan pintu utama dibuat
benteng pertahanan yang menonjol ke luar dalam bentuk berlian, membuat
benteng sulit ditundukkan sehingga Belanda dapat bertahan di sana
selama ratusan tahun.
Hingga kini, benteng masih menjaga
laut Makassar dan mempertontonkan contoh besar dari hasil renovasi
arsitektur kolonial Belanda. Tempat itu juga merupakan pusat
kebudayaan, museum hidup untuk Sulawesi Selatan. Di Makassar, bangunan
peninggalan Belanda masih dapat ditemukan, walaupun beberapa bangunan
tua yang indah diantaranya telah dihancurkan demi arsitektur modern.
Walaupun demikian, rumah peninggalan Belanda bisa di temukan di
jalan-jalan sempit di pusat kota sekitar benteng Rotterdam.
Dengan populasi Cina yang besar, kota ini juga memiliki banyak
bangunan Cina termasuk empat kelenteng Budha dan KongHuCu yang berwarna
warni di china-town. Di Kota Makassar, terdapat makam peninggalan dari
satu pahlawan terbesar di Indonesia. Anak dari Sultan Jogjakarta,
Pangeran Diponegoro yang memimpin perlawanan terhadap Belanda dalam
perang Jawa di tahun 1825 - 1830. Ditipu oleh Belanda kemudian dibuang
ke Makassar hingga akhir hayatnya. Sebuah silsilah keluarga digambarkan
di makam memperlihatkan bahwa keluarganya telah tinggal di Makassar.
Di sore hari, di sepanjang pantai Losari anda akan
menemukan suasana hangat dari warga kota beserta aktifitasnya. Disisi
selatan anda bisa menemukan lokasi pujasera yang tertata di laguna
Metro, dengan keharuman pisang epe dan ikan bakar memenuhi udara. Dalam
suasana karnaval diantara warung makanan, penduduk Makassar bertemu di
sini, duduk bersama teman-teman dan orang asing untuk menikmati makan
malam. Makassar juga memiliki kehidupan malam yang ramai seperti klub
malam, tempat karaoke dan tempat bermain bola sodok.
Kerajinan
tangan Toraja seperti ukiran tau-tau dari kayu kecil, kotak bambu
berukir, dan baki Toraja merupakan suvenir yang indah. Porselin antik
dan belanga celadon dapat juga ditemukan, dan di jalan Sombu Opu,
adalah tempat perhiasan emas dan perak. Sulawesi menghasilkan dan
mengekspor beberapa kopi terbaik di dunia, jadi melancong ke pabrik
kopi kecil di Makassar tidak bisa dihindari. Di dalam pabrik, pekerja
membungkus dan menggiling kopi Arabica dan Toraja. Bila anda
memperlihatkan rasa tertarik, maka pekerja akan memberikan contoh kopi
segar mereka yang terbaik untuk anda cicipi. Walaupun contoh itu
gratis, anda akan terdorong untuk membeli setidak-tidaknya sekilo untuk
perjalanan pulang sebuah kenangan yang sedap dan harum akan pintu
gerbang ke Timur.
Makassar memiliki potensi besar untuk
pengembangan pariwisata, karena disamping sebagai pusat pengembangan
dan perjalanan juga sekaligus , sebagai pintu gerbang di Kawasan Timur
Indonesia. Kota Makassar banyak memiliki potensi wilayah, seni budaya
dan sejarah yang dapat dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata
(ODTW).
Daftar nama-nama obyek/daya tarik wisata yang ada
di Kota Makassar berdasarkan pengamatan di lapangan dan pengumpulan
data dari beberapa instansi yang terkait seperti dari Kanwil
Deparsenibud Propinsi Sulawesi Selatan, Dinas Pariwisata Kota Makassar,
Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan, dan
Museum La Galigo. Menurut data eksisting trend perjalanan wisata dalam
lingkup Kota Makassar oleh Dinas Pariwisata Kota Makassar tahun
1998/1999, menunjukkan bahwa ada 4 (empat) paket trend, perjalanan
wisata yang disediakan yaitu; City Tour, Sight Seeing Tour, Sea
Recreation, Journey / Adventure.
Adapun bagian dari paket - paket tersebut adalah :
a. City Tour: Benteng Ujung pandang (Fort Rotterdam) - Monumen Mandala - AI Markaz AI Islami- Masjid
Raya- Makam Diponegoro - Balang Tonjong
b. Sight Seeing Tour: Somba Opu Souvenir - Pantai Losari - Pantai Akkarena - Pelabuhan Pinisi Paotere -
Makam Syech Yusuf (Tuanta Salamaka)
c. Sea Recreation (Perjalanan Wisata Bahari)
- Pulau Kayangan Jarak lokasi 2,5 mil (bisa dicapai 45 menit), Letak lokasi : Jl. Ujung Pandang, Kecamatan
Ujung Pandang, Daya tarik untuk: berenang dan diving, panorama matahari terbenam, olah raga air,
musik & pertunjukan, permainan anak-anak, akuarium.
- Pulau Kodingareng Jarak lokasi 5 mil (60 menit), Letak lokasi : Kecamatan Ujung Tanah, Daya tarik diving,
menemukan batu kayu, ikan hias, peninggalan Jepang
- Pulau Barrang Lompo, Jarak lokasi 7 mil (1 jam 30 menit), Letak lokasi di Kecamatan Ujung Tanah, Daya
tarik : berenang, oseanorium, peninggalan Jepang
- Pulau Barrang Caddi, Jarak lokasi : 6 mil (1jam 15 menit), Letak lokasi Kecamatan Ujung Tanah Daya tarik
berenang dan diving, oseanorium, peninggalan Jepang
- Tanjung Bunga, Jarak lokasi sekitar 3 kilometer (10 menit), Letak lokasi Kecamatan Tamalate, Daya tarik
jet ski, atraksi hobbies.
- Tanjung Merdeka, Jarak lokasi 3 kilometer (15 menit), Letak lokasi Kecamatan. Tamalate, Daya tarik volley
pantai, memancing.
- Pulau Lae-lae, Jarak lokasi : 1 mil (15 menit), Letak lokasi di Kec.amatan Ujung Pandang, Daya tarik
pemandangan laut, panorama matahari terbenam, berenang, olah raga air - Pulau Lanjukang, Jarak lokasi
sekitar 9 mil (1jam 45 menit), Letak lokasi Kecamatan Ujung Tanah
- Pulau Kodingareng Keke, Jarak lokasi sekitar 5 mil (60 menit), Letak lokasi di Kecamatan Ujung Tanah,
Daya tarik untuk kegiatan menyelam, berenang, kerajinan kerang-kerangan
- Pulau Samalona, Jarak lokasi sekitar 3 mil (50 menit), Letak lokasi : Kec. Ujung Pandang, Daya tarik
berenang, berjemur, matahari terbenam, biota laut, olahraga air
d. Journey/Adventure Perjalanan wisata dalam Kota menurut versi perusahaan biro/agen perjalanan
wisata pada umumnya Kota Makassar hanya digunakan sebagai tempat transit sebelum menuju daerah
tujuan wisata (DTW) yang ada diluar Kota Makassar antara lain ke Tanah Toraja atau Pantai Bira di
Bulukumba.
Sesudah wisatawan tiba di Bandara Hasanuddin dan bertemu
dengan pemandu wisata, langsung menuju Kota Makassar sambil menyaksikan
pemandangan Kota, wisatawan kemudian makan siang di restoran, dan
sesudah itu wisatawan langsung menuju daerah tujuan wisata yang ada di
luar Kota Makassar, sesuai dengan paket yang dipilih.
Sebagai
pintu gerbang udara di kawasan Timur Indonesia, peranan Bandar Udara
Internasional Hasanuddin menjadi tulang punggung sebagai pintu masuk
wisatawan ke Makassar. Bandara ini melayani penerbangan domestik dan
Internasional, dan dapat didarati oleh Pesawat Jenis Boeing 747.
Terdapat setidaknya lebih dari 20 kali penerbangan dari dan ke Jakarta,
yang dilayani oleh hampir seluruh Maskapai Penerbangan yang ada.
Pengelolaan Banda Udara ini dibawah BUMN Angkasa Pura I.
Bagi
wisatawan yang melakukan perjalanan sendiri, tersedia fasilitas Taxi
Resmi Bandara yang akan membawa anda ke Kota Makassar. Biaya sekali
Jalan ke Kota, terbagi atas 3 Zona, yakni Zona I hingga Jembatan Tallo,
biayanya Rp. 40.000, Zona II hingga Jalan Hertasning sebesar Rp.
45.000, dan Zona III hingga Jalan Cenderawasih sebesar Rp. 50.000. Bila
tujuan anda di luar Zona ini, dapat dikonsultasikan di Loket
Pendaftaran Taxi, di bagian Kedatangan Bandara Hasanuddin.
MASA SEJAK BERDIRINYA KERAJAAN GOWA DAN KERAJAAN TALLO
1. Kerajaan
Gowa berdiri kira-kira tahun 1300 Masehi dengan raja yang pertama adalah
seorang perempuan bernama TUMANURUNG (1320-1345) yang kawin dengan
KARAENG BAYO berasal dari Bonthain yang menurunkan raja-raja Gowa
selanjutnya.
2. Pusat Kerajaan Gowa ini terletak diatas bukit
Takka'bassia yang kemudian berubah namanya menjadi Tamalate, tempat ini
menjadi pusat Kerajaan Gowa sampai kepada masa pemerintahan Raja Gowa
ke-VIII I-PAKERE TAU TUNIJALLO RI PASSUKKI (1460-1510).
3. Dalam
masa pemerintahan Raja Gowa ke-VI TUNATANGKA LOPI 1445-1460) terjadi
pembagian kerajaan, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo,
masing-masing dipegang oleh kedua puteranya yaitu Kerajaan Gowa dipegang
oleh BATARA GOWA TUNIAWANGA RI PARALEKKANNA sebagai Raja Gowa ke-VII
(1460) dan Kerajaan Tallo dipegang oleh KARAENG LOE RI SERO sebagai Raja
Tallo Pertama.
4. Raja Gowa ke-IX DAENG MATANRE KARAENG
MANGNGUNTUNGI yang bergelar TUMAPA'RISI KALLONA kedua kerajaan Gowa dan
Tallo disatukan kembali dan diperintah oleh Raja Gowa, dan yang menjadi
Mangkubumi adalah Raja Tallo. Kedua kerajaan ini sering disebut Kerajaan
Makassar.
5. Pembangunan Benteng Somba Opu dari tanah liat pada
tahun 1525 oleh Raja Gowa ke-IX TUMAPA'RISI KALLONNA (1510-1546). Dalam
benteng ini dibanguna istana raja Gowa. Makassar (Kerajaan Gowa) menjadi
pusat bandar niaga dengan syahbandar adalah DAENG PAMMATE yang diangkat
pada tahun 1538. Sejak itu Makassar menjadi Ibu Negeri, dengan bertitik
pusat pada Kota Raja Somba Opu.
6. Raja Gowa ke-X I-MANRIWAGAU
DAENG BONTO KARAENG LAKIUNG TUNIPALLANGGA ULAWENG (1546-1565) Benteng
Somba Opu disempurnakan dan dibangun dari batu bata.
7. Benteng
Jumpandang (Ujung Pandang) yang mulai didirikan pada tahun 1545 pada
masa pemerintahan TUMAPA'RISI KALLONNA kemudian dilanjutkan oleh
TUNIPALLANGGA ULAWENG, maka oleh Raja Gowa SULTAN ALAUDDIN pada tanggal 9
Agustus 1634 membuat dinding tembok Benteng Ujung Pandang, dan pada
tanggal 23 Juni 1635 dibuat lagi dinding tembok kedua dekat pintu
gerbang sehingga menyerupai seekor penyu.
8. Raja Gowa ke-XIV
I-MANGNGARANGI DAENG MANRABIA dengan gelar SULTAN ALAUDDIN memerintah
mulai tahun 1593-1639 dengan Mangkubumi I-MAL-LING
sumber : http://wisata.makassarkota.go.id
: http://pandri-16.blogspot.com
kota yang sangat indah di makasar, memangterjaga kelestarianya ^_^
ReplyDelete